Puluhan Alumni Pondok Pesantren Asshiddiqiyah yang berasal dari berbagai profesi melakukan pembenahan untuk menghadapi era globalisasi.
Pasalnya saat ini citra pondok pesantren masih kurang bersahabat sehingga membuat masyarakat kurang berminat menimba ilmu di pesantren. Salah satu cara Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta mengumpulkan para alumni untuk merapatkan barisan memperkuat silaturahmi.
Perkumpulan alumni di kediaman DR. KH. Noer Muhammad Iskandar SQ tersebut sekaligus membahas sejumlah program yang akhir tujuannya mengembalikan citra pesantren sebagai lembaga pendidikan pilihan.
"Kami memiliki sederet program untuk jangka pendek dan jangka panjang. Harapan kami sederhana, yakni eksistensi pondok pesantren pada umumnya harus tetap terjaga dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan umum. Dan itu memang terbukti,". ujar Sekjen Ikatan Keluarga Alumni Asshiddiqiyah (Iklas), Tb Ardi Januar dalam keterangan persnya beberapa waktu lalu.
"Di usia yang masih belia Asshiddiqiyah sudah melahirkan sekira 11 ribu alumni yang sudah mengabdi kepada masyarakat dan tersebar di sejumlah pelosok negeri bahkan di luar negeri. Kondisi saat ini harus dapat dimanfaatkan menjadi ajang konsolidasi," pungkasnya
Menurutnya, alumni Ponpes Asshiddiqiyah sejauh ini sudah melahirkan banyak santri kompeten dengan bidang yang beragam. Karenanya, bagi dia, akan semakin kuat peran alumni dan citra pondok pesantren bila satu sama lain saling bersinergi.
"Faktanya pesantren tidak hanya melahirkan pendakwah atau dai, tetapi juga banyak melahirkan pendidik, paramedis, enterpreneur, praktisi hukum, teknokrat, aparat, birokrat dan lain sebagainya. Multiprofesi yang berjiwa santri ini harus bersatu dan saling menguatkan untuk bersaing di era globalisasi sekarang ini," tandas pria yang akrab disapa Kang Tebe ini. (Red)
No comments