Oleh : Muhammad Faishol*
Restara - Almaghfurlah KH Askandar atau biasa dikenal dengan nama Mbah Kandar merupakan sosok yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Banyuwangi. Seorang tokoh besar pembangkit nilai-nilai ke-Islaman di zamannya kala itu. Pondok Pesantren Manbaul Ulum merupakan warisan keilmuannya. Selain itu, menantu dari Mbah Yai Manan Mberasan ini santri-santrinya juga telah tersebar di seluruh pelosok negeri sebagai bukti dari hasil tirakatnya. ”KH. Mukhtar Syafa’at (pendiri pesantren terbesar se-Banyuwangi, Ponpes Darussalam Blokagung) waktu masih hidup juga sering ngaji di Mbah Kandar. Bahkan pulang pergi Blokagung-Mberasan hanya berbekal sepeda ontel,” ujar Fauzan Tamami, salah satu santri alumni Mberasan saat ditemui penulis.
Tidak terasa sudah 48 tahun lalu ayah dari pengasuh Ponpes As-Shidqiyah Jakarta KH Nur Iskandar SQ ini meninggalkan kita. Namun, warisannya tetap eksis hingga kini untuk turut serta menjawab dinamika kehidupan yang terus berpacu dan berkembang membendung segala bentuk baik dalam akidah maupun syariat.
Semasa Mbah Kandar hidup, di antara pesan-pesan yang disampaikan kepada keluarga dan santri-santrinya antara lain,
- Hati-hati, zaman akhir adalah zaman ‘Ruyung Berkedok Jati’, banyak perguruan berkedok Islam namun ajarannya justru merusak Islam.
- Meski mampu berjalan di atas air, jika masih doyan uang, pastilah dia bukan wali atau ulama yang baik.
- Seorang laki-laki harus memiliki kasih saying kepada seorang perempuan, karena dia hanya tercipta dari tulang rusuk laki-laki.
- Begitulan diantara banyak pesan yang sering disampaikan oleh ayah dari Almaghfurlah KH Abu Hasan As-Syadzili Al Hafidz ini. Mudah-mudahan meskipun belum pernah ‘nyantri’ langsung ke beliau, barokah keluasan ilmunya terus ‘nyiprat’ ke kita.
No comments