Restara- Direktur
Asia Search for Common Ground, Michael Shipler bersama beberapa anggotanya
membahas fenomena kekerasan yang terjadi akibat konflik, kamis (1/9/16) di
kantornya, Tanah Abang, Jakarta Selatan.
Search for
Common Ground ( SFCG) adalah sebuah organisasi non -profit internasional yang
beroperasi di 34 negara dan bermarkas di Washington , DC yang misinya adalah untuk mengubah cara dunia berkaitan dengan konflik dari
pendekatan permusuhan menuju solusi kooperatif .
Menurutnya, konflik akan terus ada selama
peradaban manusia masih berlanjut. Namun bagaimana manusia menyikapi konflik
tersebut menjadi sesuatu yang positif. " Kita harus lebih banyak mencari
kesamaan dari pada perbedaan" ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Michael sempat
menyinggung masalah kekerasan yang mengatas namakan Agama,
Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
"Bagaimana pendapat kalian tentang ISIS" tanyanya pada audience.
Nur Salikin, peserta perwakilan dari ponpes
Asshiddiqiyah menceritakan pengalamannya ketika ia studi di Yaman. "Saya merasakan
sendiri bagaimana bom ISIS meledak di samping tempat tinggal saya, itu
sangat mengenaskna dan memprihatinkan". Tutur pria kelahiran Porwodadi tersebut.
"Islam tidak pernah mengajarkan
kekerasan, tidak ada satu dalil pun yang memerintahkan umat Islam memerangi
manusia lain hanya karena berbeda aliran". Sambungnya
Kemudian salah satu peserta bertanya balik
kepada Michael Shipler. "Saya mendengar dari beberapa media bahwa ISIS adalah
buatan Amerika, bagaimana pendapat Mr. Michael
sebagai orang Amerika ??" tanya Yahya.
"Amerika
tidak pernah menciptakan ISIS, hanya membuat kondisi yang menyebabkan munculnya
ISIS". Jawab pria asal Amerika
tersebut.
Menurutnya, ISIS
adalah gerakan radikal yang harus di jauhi dan dihindari. Dalam merekrut
anggotanya, ISIS memanfaatkan kegalauan target, krisisnya identitas akan
memudahkan seseorang masuk dalam lingkaran tersebut. Jelasnya.
Ia juga menanggapi
pemikiran calon presiden Amerika, Donald Trump, yang menyudutkan umat Muslim di Amerika (Anti
Islam). Menurutnya, hal ini justru akan memancing munculnya gerakan radikal
yang lebih keras. (Rmd)
No comments