Restara- Pembacaan satu miliar selawat Nariyah menjadi puncak rangkaian
kegiatan peringatan Hari Santri Nasional di seluruh wilayah Indonesia.
"Pembacaan
selawat Nariyah akan dilakukan secara serentak dari Sabang sampai Merauke pada
21 Oktober 2016," kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) Helmy Faishal Zaini di Jakarta, Jumat (16/9).
NU
disebutnya sudah membuat sistem pembacaan selawat yang disusun salah satu
sahabat Nabi Muhammad SAW dan sangat populer di kalangan umat Islam di
Indonesia itu.
"Sistemnya
'by name by address', baik masjid, musala, pondok pesantren, maupun majelis
taklim, termasuk pengurus NU mulai dari ranting (desa) hingga wilayah
(provinsi). Masing-masing elemen itu mendapatkan jatah baca selawat Nariyah
sebanyak 4.444 kali sehingga nanti terkumpul satu miliar bacaan," kata
alumnus Univesitas Darul 'Ulum, Jombang, Jawa Timur, itu.
Pembacaan
dilakukan pada 21 Oktober 2016 pukul 19.00 hingga 21.00 waktu setempat dan
diperkirakan melibatkan 10 juta orang. Helmy menjelaskan bahwa pembacaan
selawat Nariyah tersebut sebagai doa dengan harapan bangsa Indonesia dilepaskan
dari segala marabahaya.
Selain
selawat Nariyah, peringatan Hari Santri Nasional juga akan diisi dengan kirab
nasional seperti pada peringatan serupa tahun 2015. Bedanya, pada peringatan
Hari Santri Nasional tahun 2016 kirab dimulai dari Pelabuhan Ketapang Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur, hingga Pelabuhan Merak, Banten, melalui jalur lintas
selatan Pulau Jawa.
Kirab
tersebut dilepas Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pada tanggal 13 Oktober
2016 dan rombongan terakhir diterima Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin pada tanggal
22 Oktober 2016 dilanjutkan dengan upacara di Tugu Proklamasi, Jakarta.
"Kirab
ini sebagai momentum untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang bersatu,
berkeadilan dengan mengedepankan nasionalisme dan patriotisme," kata
Helmy.
Ia
mengajak sejumlah pengurus cabang istimewa yang tersebar di beberapa negara
turut mendukung Hari Santri dengan membaca selawat Nariyah. Hari Santri
Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 22 Tahun 2015 untuk mengingat peran historis para santri dalam menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti KH Hasyim As'yari dari
Nahdlatul Ulama, KH Ahmmad Dahlan (Muhammadiyah), A Hassan (Persis), Ahmad
Soorhati (Al Irsyad), dan Mas Abdul Rahman (Mathlaul Anwar) serta mengingat
pula 17 nama perwira Pembela Tanah Air yang berasal dari kalangan santri.
"Sejarah
mencatat para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan tersebut. Para santri dengan
caranya masing-masing bergabung dengan seluruh elemen bangsa, melawan penjajah,
menyusun kekuatan di daerah-daerah terpencil, mengatur strategi, dan
mengajarkan kesadaran tentang arti kemerdekaan," kata Presiden Joko Widodo
di hadapan para santri, ulama, dan tokoh-tokoh agama yang hadir di Masjid
Istiqlal, Jakarta, pada 22 Oktober 2015.
Sumber : Republika
No comments